Umroh - Haji - Tour

Umroh - Haji - Tour

Membangkitkan Keyakinan Tentang Akhirat

Kategori : Kajian Ilmu, Ditulis pada : 31 Juli 2021, 10:03:08

photo_2021-07-31_10-12-03.jpg
Membangkitkan Keyakinan Tentang Akhirat
Mutiara Dzikrul Makhsus

Tugas utama para Nabi adalah menyampaikan adanya akhirat, Darul Jaza', (tempat pembalasan), sedangkan dunia Darul amal (tempat beramal). Para Nabi As banyak dituding sebagai orang gila, atau tukang sihir, saking tidak percayanya mereka kepada akhirat.

Mencari kebahagiaan di dunia itu tidak akan ketemu. Secara bahasa 'dunya' artinya dekat (dengan akhirat). Dunia adalah tempat ujian dan fitnah. Jangan cita-citakan dunia yang akan fana.

Rasulullah bersabda: "Rata-rata umur umatku kebanyakan adalah 60-70 tahun."

Syekh Ibnu Athaillah as Sakandari berkata, “Allah menjadikan negeri akhirat sebagai tempat memberi balasan kepada para hamba-Nya yang beriman karena dunia ini tidak bisa menampung balasan yang Dia kehendaki kepada mereka. Juga Allah hendak memuliakan mereka dengan tidak mau memberikan balasan di negeri yang tidak kekal ini.”

Allah SWT berfirman: "Dan bersegeralah kalian mencari ampunan dari Tuhan kalian dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa". (Q.S. Ali Imran: 133) Kita diperintahkan untuk segera bertaubat, karena waktu (umur) kita terbatas.

Luasnya surga seluas bumi sampai langit ke tujuh. Nabi Saw menyaksikannya, para wali-wali Allah sudah ada yang diajak ke taman surga. Di surga itu abadi, terdapat para bidadari yang senantiasa suci. Bangunannya terbuat dari emas. Ini semua diangkat untuk memotivasi. Kalau nafsu masih gagah dan mengejar-ngejar duniawi, maka bangkitkanlah kesadaran tentang akhirat ini.

Dulu para Sahabat ketika perang selalu ingin di paling depan, mencari kesyahidan, karena surga sudah ada di pelupuk matanya. Ingin segera berjumpa dengan Allah. Harga dunia itu bagaikan harga sayap lalat. Betapa murahnya. Dunia laksana bangkai. Dan yang mengejarnya adalah anjing-anjing lapar, yang kalau berebut bangkai itu saling menggonggong, mencakar. Itulah gambaran ahli dunia. Tetapi apabila dipakai ibadah maka mahal sangat mahal/berharga di mata Allah. Dunia mulia atau tidak berada di irodah (hati).

Keyakinan itu tumbuh di hati. Hati itu ibarat wadah, cahaya dan kegelapan tidak akan menyatu. Datang kegelapan hilang cahaya, datang cahaya hilang kegelapan. Cahaya adalah akhirat, kegelapan adalah gambaran-gambaran dunia. Maka buanglah penyakit hubbudunya dari hati. Apabila hati terkena penyakit hubbudunya maka ia menjadi gelap (hilang cahaya keyakinan). Shalat pun tidak akan khusyu’ apabila masih ada gambaran dunia. Tidak akan terjadi perubahan pada dirinya setelah sholat.

Jangan salah pemahaman seperti kebanyakan orang, "Percuma rajin sholat kalau tetap saja miskin. Tuh, yang rajin ibadah tetep saja miskin". Karena pembalasannya nanti di akhirat. Dunia tidak cukup untuk membalas amal ibadahnya.

Allah mengagungkan hamba-hamba Allah yang beribadah kepada-Nya di tempat yang abadi di akhirat. Karena dunia adalah tempat yang tidak abadi.

Nabi dan Sahabat yang lain sangat terbuka hatinya kepada akhirat. Syekh Ibnu Athaillah mengatakan, "Seandainya cahaya akhirat itu menyinari hatimu maka engkau akan melihat akhirat itu lebih dekat". Imam As Syafii mengatakan, "Ketika akhirat itu terasa dekat, maka ia ada di benaknya".

Di dalam majelis dzikir Allah akan memberikan 4 kemuliaan:
1. Para malaikat mengelilinginya,
2. Rahmat kasih sayang Allah memenuhinya,
3. Allah turunkan ketenangan di dalam hati,
4. Allah menyebut-nyebut nama kita di hadapan malaikat.

Jika cahaya keyakinan menyinari hati maka kita akan melihat fana (rusak)nya dunia ini. Maka tidak akan tertipu dari kesenangan duniawi. Sebaliknya hati yang tidak disinari oleh cahaya keyakinan, akhirat itu terasa jauh, melihat dunia itu dekat. Ia tertipu dan kagum dengan dunia.

Orang yang gelap hatinya bagaikan: lalat yang menemplok di tempat yang kotor, jika dinasihati bahwa yang harum itu adalah bunga, maka lalat itu pun tidak akan mengerti dan terus akan mencari hal-hal yang kotor.


Apabila hati kita disinari cahaya keyakinan: maka semua dijadikan peluang untuk ibadah dari segala aspek. Apapun dijadikan peluang untuk beribadah kepada Allah SWT.

Cahaya itu adalah kendaraan hati, ke mana hati akan diarahkan? Allah sesungguhnya berada di manapun berada.

Orang yang dekat dengan Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih dengan urusan dunia. Nabi Ayub As. diberikan kekayaan dan keluarga besar sampai iblis cemburu kepada Nabi Ayyub karena tetap rajin ibadahnya. Lalu ia berkata kepada Allah, pantas saja rajin ibadahnya karena punya harta. Maka Allah cabut hartanya Nabi Ayyub As. Apa yang terjadi justru ia berkata, "alhamdulillah engkau ambil hartaku". Mendengar itu iblis tambah jengkel lalu berkata kepada Allah, ‘Ayyub masih rajin karena punya keluarga besar. Lalu Allah cabut dan matikan keluarganya. Apa yang terjadi? Nabi Ayyub mengucapkan 'innalillahi wainnailaihi roojiun, alhamdulillah semua dari Engkau kembali kepada Engkau’. Melihat itu ibis semakin jengkel, ‘pantas saja dia rajin ibadah karena sehat’. Lalu Allah cabut kesehatannya, Nabi Ayyub As menderita sakit menular yang ditakuti oleh kaumnya, sampai akhirnya terusir dari kampungnya. Nabi Ayyub As tetap rajin ibadah walaupun sakit dan diusir oleh kaumnya. Maka Allah kembalikan lagi apa yang diberikan kepada Nabi Ayyub As kesehatannya, keluarganya, hartanya seperti semula. Ia telah lulus ujian dan membuat para malaikat kagum kepada hamba yang ahli ibadah.

Kampoeng Futuh, 20 Dzulhijjah 1442/29 Juli 2021

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id