KEMBALI KEPADA ISLAM
Kondisi manusia secara global selalu memanas. Al Quran menyebutkan laa yazaaluuna mukhtalifiiin (mereka selalu berselisih) [Q.S. Hud: 118].
Belakangan ini ada orang Perancis yang mengeluarkan statemen bahwa Islam mengajarkan radikalisme. Menyikapinya jangan terpancing dengan melakukan kekerasan, meski mereka keluarkan karikatur yang mengejek. Pemerintah semestinya berlaku adil dan tidak terbawa dengan situasi yang menimbulkan gejolak.
Nabi Saw mengajarkan bagaimana berdakwah. Pertama dengan sembunyi-sembunyi. Setelah 3 tahun, mulai berdakwah terbuka. Beliau tetap menyampaikan dakwah dengan bijaksana. Tapi tetap ada yang tidak menerima. Ada kelompok yang terusik karena 'lahannya' terancam. Penentangan yang diiringi dengan penindasan itu berlaku 13 tahun. Tapi selama itu Nabi Saw tidak membalas.
Mereka yang membuat karikatur tentang Nabi dengan simbol kekerasan karena salah memahami sirah Nabi sebenarnya. Mereka tidak belajar Quran dan dihasut oleh kebencian. Mereka khawatir Islam berkuasa kembali seperti zaman dahulu menguasai negara2 eropa.
Sikap yang harus dilakukan adalah menyikapinya dengan dakwah bil hikmah, yakni ucapan dan tindakan keluar dari hati yang bersih.
Titel pribadi Nabi Saw sebelum diutus adalah Al Amin (yang dipercaya), sebutan yang sulit diraih manusia sekarang ini.
Peperangan Nabi Saw pun terjadi karena posisi terjepit/dimusuhi. Jangan sampai agama dipolitisasi.
Kondisi umat Islam pada hari menunjukkan posisi yang lemah. Berita saat ini simpang siur (bisa benar dan salah), tidak jelas sumbernya. Sibuk dengan berita yang tidak jelas tersebut membuat lupa dengan bacaan yang tidak ada dusta dan keraguan di dalamnya (yakni Al Quran).
Fungsi wahyu & ilham menjadikan ajaran agama itu ada kepastian. Kepastian itulah yang membuat tenang. Demikianlah bimbingan yang diterima Mursyid Rabbani. Program kepemimpinannya terbukti di kemudian hari. Ilham menjadi kekuatan dalam menjalankan agama. Yazdaadu iimanan ma'a iimaanihim (bertambah-tambah keimanannya).
Kembali kepada Islam adalah salah satu prinsip dalam Thariqah Sanusiyyah. Makna kembali adalah terus belajar tentang Islam karena sebelumnya mendapatkan pemahaman yang keliru/salah. Atau perilakunya yang salah kembali kepada yang Islami.
Allah SWT menjanjikan,
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.S An-Nur: 55)
Janji tersebut pernah terealisasi pada masa Rasulullah Saw. Karena mengikuti petunjuk Allah dalam menyikapi permusuhan orang kafir maka kekuasaan Allah berikan kepada umat Islam setelah itu.
Iman dan amal saleh itu sering didengar, tapi bukan hanya sekedar diucapkan, dibahas, dikaji, tapi harus dipraktekkan. Yakni dengan menjalankan Syariat-Tarekat dan Hakikat.
Dalam Tanwirul Qulub, Syariat itu disebut dengan ilmu tauhid, fiqih dan tasawuf. Tarekat mengamalkan syariat di bawah bimbingan seorang Mursyid. Hakikat berupa pembersihan batin, tipisnya hijab batin, dan mudah beribadah (yang awalnya pahit). Mereka yang meraih hakikat dalam agama akan tumbuh semangat jihad di jalan Allah.
Intisari Qini Nasional ke-145 (mlm-2), 13 Rabiul Awwal 1422 H/30 Okt 2020 M